Tuesday, April 21, 2009

MP Writing Event : When I was a Child - Gadis Kecil Itu Aku

4 April 2009,

Sekar anakku, di usiamu yang bertambah hari ini, aku ingin bercerita tentang seorang gadis kecil. Gadis kecil yang tidak terlalu istimewa buat orang lain, tapi sempat memberi pelajaran berharga buat ibumu ini.

Gadis kecil 12 tahun, dengan rambut warna kuning karena paparan sinar matahari, dengan senyum dan tawa yang selalu melekat di wajahnya, yang seperti tidak mengenal kata lelah jika sedang berlari bersama teman mainnya dan yang selalu menganggap segala sesuatu itu mungkin dilakukan. Gadis kecil yang tergolong mungil ukuran tubuhnya dibanding teman sebayanya, dan berotak cukup cemerlang, yang serta merta sumringah dan bahagia begitu bergabung dengan SMP "kampung kali", SMP terbaik di kotanya saat itu. Keceriaannya, keantusiasannya menyertai dia di hari-hari pertama belajar di sekolah barunya. Golongan dan derajat teman2 di sekolah barunya tidak membuatnya surut semangat dan rendah diri. "Toh aku pintar, makanya bisa masuk ke sekolah ini" begitu selalu pikiran positif yang selalu dia hembuskan untuk membuatnya percaya diri. Di sekolah barunya itu berjejer anak-anak "istimewa" dari anak pejabat, pengusaha, rektor, pegawai negeri sampai anak pegawai 'biasa' seperti dia. Dia berjanji untuk belajar dengan baik dan melakukan yang terbaik agar tidak kalah karena alasan keterbatasan materi.

Namun hal itu hanya bertahan di beberapa bulan awal tahun ajaran. Keantusiasannya, keceriaannya, semangatnya, pun harga dirinya sedikit-sedikit memudar manakala segelintir 'anak-anak istimewa', bocah-bocah laki-laki badung mengusiknya. Mengusiknya hingga melempar dia ke jurang yang sangat dalam sehingga untuk bangkit dan melepaskan diri dari perasaan rendah diri saja sangat sulit. Bagaimana tidak, hanya karena gadis kecil itu punya masalah dengan kulitnya, mereka dengan semena-mena saling mendorong tubuh mungilnya sambil berceloteh yang intinya mereka jijik terhadapnya, atau bahkan melemparkan sesuatu kepadanya. Alangkah malangnya..... Usahanya untuk tetap berprestasi dengan mendapat nilai bagus hingga terpilih dalam tim paduan suara yang cukup bergengsi di sekolahnya yang berhasil menjadi paduan suara terbaik se-Propinsi, tetap tidak membuat bocah-bocah nakal itu berhenti mengusiknya.......

Hal itu berlangsung selama 2 tahun tanpa ada siapapun yang berusaha membela dan tempat untuk mengadu. Tidak kuasa mengadu karena baginya hal itu sangat-sangat memalukan. Seringkali hanya air mata yg mengalir tanpa suara tangisan.

Pun gadis kecil itu tidak tega berbagi sedih kepada orang tuanya. Menurut pikiran bocahnya betapa akan sangat sedih hati orang tuanya, tidak tega dia untuk menambah beban pikiran orang tua yang memang sudah berat untuk membesarkan ke 5 orang anak mereka. Manakala orang tuanya dengan masih sangat bangga bertanya tentang bagaimana sekolahnya, gadis kecil itu selalu menjawab semua baik-baik saja, tentu saja sambil menyembunyikan duka yang dalam.

Sampai suatu saat timbul keberaniannya untuk melawan, ketika dia dikunci di kelas, dia melawan dengan melayangkan tinju ke anak laki-laki yang menguncinya. Selalu dia melawan dengan kekerasan karena menurut hatinya yang sedang dipenuhi amarah cara kekerasan adalah yang terbaik karena dia pikir bocah2 nakal itu sudah menyerangnya secara fisik juga. Suatu saat ketika gadis kecil itu sedang melawan ulah bocah-bocah nakal itu dengan kekerasan, mantan wali kelasnya melihat. Gadis kecil itu begitu gembira karena pikirnya sekaranglah saatnya mereka berhenti mengusik dia dan ibu guru ini akan membela dia. Yang terjadi diluar perkiraannya, ibu guru muda itu membela bocah-bocah laki-laki yang selalu mengganggunya dan malah memberi hukuman kepadanya. Sungguh tidak masuk di logikanya saat itu. Sungguh sangat tidak adil. Apa karena salah satu dari bocah laki2 nakal itu anak rektor sebuah perguruan tinggi berbasis agama sehingga ibu guru cantik itu begitu naif membela mereka.

Pulang ke rumah dengan wajah penuh air mata, menangis dari siang sampai menjelang senja. Meratapi nasib dan mengadu kepada Sang Pencipta...........Bertanya dimana keadilan kepada Sang Pencipta. Tanpa disadarinya selama lebih dari 2 tahun tempatnya mengadu adalah hanya kepada Pencipta dan itu membuat gadis kecil itu mempunyai hubungan pribadi yang cukup dekat dengan Pencipta di usia yang sangat muda. Sungguh sangat beruntung. Dibalik cerita sedih yang sempat membuatnya terpuruk gadis kecil itu menemukan hal yang paling hakiki dalam kehidupannya sebagai manusia.

23 tahun berlalu, gadis kecil itu beranjak dewasa, satu keinginan terbesarnya adalah bertemu lagi dengan bocah-bocah nakal itu lagi dan bilang bahwa semua kenakalan mereka di masa lalu sangat melukai hatinya dan sempat hampir membunuh karakternya. Dorongan kuat sebagai ibu mendorongnya untuk memaparkan fakta kepada ex-bocah2 badung itu yang tentunya sekarang sudah menjadi bapak bahwa mereka harus memastikan anak-anak mereka agar tidak mengikuti kelakuan mereka dulu atau sebaliknya memastikan kalau anak-anak mereka tidak menjadi salah satu korban seperti gadis kecil itu dulu. Stop bullying!!! Sangat berbahaya untuk perkembangan karakter anak-anak kita.

Ya anakku gadis kecil itu seorang ibu sekarang. Seorang ibu dari gadis kecil lain yang cantik. Ya anakku sayang, gadis kecil itu aku, gadis kecil itu ibumu. Satu hal yang aku ingin kamu mengerti dari cerita ini, agar kamu tidak bertindak bodoh seperti gadis kecil itu. Yang menyembunyikan masalah dan perasaan sedih dari orang tua, yang berusaha sampai detik ini menutup rapat-rapat cerita itu dari orang tuaku. Aku ini ibumu anakku, ibu yang melahirkanmu, tentu saja aku siap mendengar apa saja yang menimpamu, seburuk apapun. Aku ingin kamu menganggapku sebagai sahabat, yang tentu saja aku tetap seorang ibu dengan otoritas seorang ibu. Aku berharap aku juga yang membimbingmu untuk bertemu Sang Pencipta secara pribadi, bukan dengan cara sulit seperti yang aku alami dulu. Aku pribadi ingin kamu untuk bisa menghargai orang lain secara utuh, tidak hanya dari penampilan luar saja. Aku dan bapakmu sangat mencintaimu, kami ingin kamu menjadi anak yang berguna buat orang-orang di sekitarmu bukan seseorang yang sekedar memenuhi bumi ini saja.

Selamat ulang tahun Sekar anakku.....

Tulisanku ini aku sertakan di Writing Event yang diselenggarakan mbak Yuli dalam rangka ulang tahun Ezra putranya. Selamat ulang tahun juga ya Ezra....

Foto bersama Laura adikku dan sepupu2ku. Rambutku sengaja dikeriting hi..hi...hi... Kata ibuku biar kelihatan agak gemuk, karena dulu aku memang kuruuusss banget.

17 comments:

  1. Akhirnya cerita juga Shin.. tapi semangat kan sekarang.. Hayoo.. jangan kebawa terus sampe sekarang.. btw emang kuyyyyuuusss banget.. hehhehe

    ReplyDelete
  2. @ Ning & Hera : Sorry ya bikin sedih. Sempat ragu mau nulis.. nggak.. nulis..nggak. Habis sejak ketemu teman2 SMP di FB 2 bulan ini kok malah jadi ingat kejadian sedih dulu. Kata Sila kalo sdh nggak sedih lagi baru boleh nulis. Ya sudah, semua sudah berlalu, diambil hikmahnya saja buat Sekar. Jadi lega euy....

    ReplyDelete
  3. Aduh bu, temen SPM km nakal-nakal ya.. jadi sedih baca critanya itu foto pas umur berapa bu, kurus banget hehe..

    ReplyDelete
  4. Sorry bikin sedih... Itu pas aku umur 10 tahun kali, pas nikahannya salah satu kakak sepupuku. Adikku Laura yg pakai baju putih dibelakang.

    ReplyDelete
  5. sedih bacanya shin!!! tapi luka batin memang lama hilangnya.take care ya

    ReplyDelete
  6. As one of your junior high's friend, Shin, I'm so sorry to hear that :'

    And yes, you should tell them. You have your chance now. Not for revenge, but to stop our kids and their kids to do the same thing again. Teach them how to live side by side without labeling people.
    Glad that you survive, girl, and become strong, passionate and great mum for Sekar.

    Anyway, happy birthday ya Sekar...

    ReplyDelete
  7. Very impressive mba Shin ;) Happy birthday to Sekar ya...

    ReplyDelete
  8. Makasih bu.. pengennya ikutan dgn cerita yg lucu2, tapi kok malah ini yg keingat terus akhir2 ini.

    ReplyDelete
  9. hhhmmmm.....salut......deep salute.....
    btw, aku suka poto berduanya, sayang gak bisa digedein. itu poto kapan mbak. di sana ada salon kebaya juga ya.....hehehe......

    ReplyDelete
  10. Maturnuwun bunda.....
    Hi..hi..hi... jadi malu. Foto iku barengan karo fotoku sing nganggo kebaya putih, sing suwe nangkring nang ruang tamu iku lho....
    Nek sing kae dinggo medeni tikus nang omah, sing iki sempat dadi cover undangan nikahku hi..hi..hi....

    ReplyDelete
  11. Salut aku ma Mbak Shinta, for becoming a good role model not only for your siblings but also to Sekar tentunya...^_^

    ReplyDelete
  12. shin, kok baru cerita sekarang. suka atau tidak suka, itulah sejarah, shin. beruntunglah separo nyawamu yang telah melihat inner beauty-mu, dan putri cantikmu Sekar, yg pasti bangga punya mommy seperti kamu. Terus nulis ya jeng.

    ReplyDelete
  13. Many thanks Nit.... Indeed, I am lucky to have Sekar and her father :)
    Btw ayo ngeblog juga yuuk.....!!! :))))

    ReplyDelete