Hari ini (26 Sept 2007) aku bahagia banget krn ini hari pertama Sekar masuk sekolah. Pagi ini dia berangkat sendiri diantar Sila, aku nggak ikut antar. Dia ok2 aja happy malah dan bilang Mama at home cooking Sekar go to school. Bye Mama. Aku terharu dan sedih. Terharu krn dia mandiri, sedih krn harus jauhan sama Sekar. Sampai nangis aku setelah Sekar pergi. Gak lama Sila telp katanya Sekar gak rewel, langsung masuk kelas, dan Sila kerja.
Mungkin bagi orang lain bukan hal yang istimewa, tapi bagi kami ber-3 hal ini sangat2 istimewa. Sejak awal tahun, Sekar sudah jadi daftar tunggu di salah satu preschool disini, sampai akhirnya dipanggil untuk bisa sekolah tgl 5 Sept kemaren. Kami senang banget krn dgn sekolah dia bisa punya teman. Disini jarang banget anak2, sepertinya orang amrik gak suka punya anak ya?? he..he...
Tapi apa yg terjadi, tgl 30 Agustus waktu sila ke sekolah untuk kasih cek mereka bilang Sekar gak dapat kursi, jadi nanti akan dihub lagi. Wah bagai disambar petir. Kami kecewa tapi mau bilang apa lagi, kami tetap berkeras masuk sekolah itu krn bagus, padahal mahal banget.Tapi kami pikir demi anak gpp. Kami masih tunggu dgn tidak cari sekolah lain.
Suatu hari iseng2 aku baca2 salah satu brosur yg sempat diambil Sila waktu cari2 sekolah dulu.Disitu ada salah satu sekolah yg mengajarkan dasar2 agama dalam kurikulumnya. Aku masih gak tertarik krn agak jauh dari rumah. Malas antar jemputnya he..he...
Tapi gak tau kenapa aku terus mikirin, sampai akhirrnya aku berdoa untuk diberi pencerahan. Ternyata Sila berpikiran sama lebih baik Sekar masuk sekolah itu daripada sekolah lain yg sekuler.
Paginya Sila ambil cuti untuk cari sekolah. Pertama kita langsung datangi sekolah itu. Sekar langsung diterima dan bisa masuk mulai Rabu, dapat 3x seminggu. Ajaib kita gak perlu keliling dari satu sekolah ke sekolah lainnya karena biasanya kalo sekolah sdh berjalan beberapa minggu gak asal terima murid baru dan harus jadi daftar tunggu dulu.
Ternyata, Tuhan pengen Sekar sekolah disana untuk sejak dini kenal pencipta-Nya. Walau sekeras apapun usahaku untuk menjauh-Nya, Dia tetap pegang erat. Makanya pagi ini aku tak henti2nya bersyukur.
Aneh kalo dipikir secara logika, tapi ternyata Tuhan tetap selalu pegang erat kami walau kami sering pakai cara kami sendiri yang kami anggap itu terbaik buat kami
Semoga ceritaku ini bisa membuat siapa yang membaca tambah sayang sama Sang Pencipta.
No comments:
Post a Comment