Wednesday, May 21, 2008

Cerita Sekar

Kalo ibu cerita ttg anak selalu saja tidak ada habisnya. Seperti aku yang selalu bangga cerita ttg Sekar bagaimanapun keadaannya. Jangan bosen ya... Aku berharap ibu-ibu yang membaca tidak patah semangat ketika sedang berjuang dengan anak2 mereka. Dan kelak ketika Sekar sudah bisa ngerti tulisanku ini, Sekar bangga punya aku sbg ibunya dengan segala keterbatasanku.

Sekar memang agak berbeda, unik. Sekar baru bisa ngomong umur 3 tahun, dimana sepanjang waktu itu aku dibuat kuatir, melihat betapa superaktifnya Sekar dan betapa dia selalu asyik dengan dunianya sendiri, kalo dipanggil sering mengabaikan, dan kalo diajak ngomong sering tidak kontak mata. Mirip banget dengan ciri2 autisme. Duh Gusti kalo ingat saat2 itu aku begitu depresi. Itu salah satu alasan kenapa aku nggak kerja lagi. Mana selalu saja ada komentar negatif dari ibu2 teman Sekar. Kok Sekar begini ya, anakku sudah bisa gini lho. Tambah depresi aku krn secara nggak langsung egoku terusik. Aku mengusahakan banyak cara dengan membawa dia ke Dokter dan cari artikel ttg cara menstimulasi anak. Memang ada kemajuan tapi ngajarin Sekar harus ekstra kerja keras dibanding ngajarin anak lain. Sering krn capek dan putus asa membuatku menangis. Sekar juga bergabung di kelas bermain atas saran Dr SPA langganan kami. Pertama2 dia enjoy, tapi setelah hampir 6 bulan bergabung, tiba2 dia nggak mau lagi berangkat. Kali Sekar bosen pikirku, maka aku membuat semacam home schooling, dengan cara bikin kurikulum sederhana dan mengundang beberapa teman kecilnya untuk main ke rumah kami. Acaranya cuma main, kadang sambil melukis, nggambar, nyanyi, menempel, dll pokoknya agendanya main dan happy. Hasilnya Sekar mulai tahu bahwa ada dunia lain di luar dunianya, dan dia mulai bisa diperintah. Thanks God.... ada harapan baru meskipun PR-ku belum selesai.

Dokter SPA-nya merokomendasikan Sekar ke Dokter syaraf Anak. Saat itu Sekar berumur 2 tahun. Dokter bilang secara fisik Sekar normal2 saja, maka test berikutnya adalah rekam otak. Nggak tau kenapa sepertinya jiwa Sekar menolak rekam otak ini. Bolak-balik kami ke RSI Bintaro hanya untuk melakukan test ini, tapi selalu gagal. Sampai suatu hari Sekar berhasil "dibius" dan semua peralatan medis menempel di kepalanya, begitu tombol on di komputer mau disentuh dia bangun dan nyeletuk "sudah". Marah, sedih, kecewa perasaanku saat itu. Sampai dirumah aku merenung, mungkin kami sementara break dulu untuk mendapatkan tenaga baru. Tapi bersamaan dengan itu visa kami ke US approved, padahal kami sudah berencana membawanya ke terapi wicara. So kami benar2 pending dan berangkat ke Co.

Sampai disini keadaan tambah parah krn masalah adaptasi, dan proses cari sekolah buat Sekar yang lumayan lama. (aku tulis di blogku dgn judul SekarSekolah dan Teacher). Kami sekolahin sekar bukan buat gaya2an, tapi memang itu salah satu kebutuhan dia untuk berkembang krn kami sulit menemukan teman sebaya buat dia. Sekolahnya sampai sore, kami pikir mau masukin dia setengah hari aja, tapi berhubung Sekarnya yg nggak mau diajak pulang, ya sudah. Untungnya sekolah pre-K disini benar2 kelompok bermain. Anak2 selalu diajak bermain, sambil selalu diajari dunia nyata disekitarnya lewat buku dan praktek. Diajak kreatif lewat art time dan main pura2. Menulis hanya sekedar melatih motorik halus saja bukan menulis beneran, dengan cara menarik garis dan dan bentuk2. Diajarin melipat, menggunting dan juga dikenalin huruf dan angka lewat permainan. Sepertinya permainan mengenal huruf ini jadi favorit Sekar, krn baru 1 bulan sekolah gurunya bilang ke aku kalo Sekar pintar bisa mengenal huruf dan angka dengan cepat. Aku nggak kalah herannya krn dalam otakku Sekar ya Sekar yg kemaren yg selalu butuh bimbingan.

Kalo sekarang dia bisa nulis semua huruf dan angka bukan berarti kami atau gurunya yang berinisiatif ngajarin, tapi Sekar sendiri yg suka curious latihan sendiri sambil sekali2 tanya "Mama, how to spell my name?" "How to spell mama name?" "How to spell off?" dll.

Dia punya buku tulis gambar Dora tempat dia selalu corat-coret dan kebanyakan dia nulis huruf disitu. Katanya dia nulis surat buat mama he..he...he.... terharu aku. Dan sejak dia bisa ngomong cerewetnya minta ampun, meskipun kadang masih agak cedal. Segala sesuatu dikomentari jadi lucu sendiri kalo denger he..he..he....

Yah setiap anak selalu unik, dengan kepribadian, minat, bakat yg berbeda, dan tentu saja dengan segala kekurangan serta kelebihan masing2. Jadi kalo anak kita tidak sama dengan teman sebayanya itu sah2 aja, normal. Asal nggak jauh2 amat dari standart normal yg ada. Standart normal bisa dicari di artikel2 yg banyak ditulis psikolog anak dan pakar pendidikan anak. Tugas kita sebagai orang tua yg sudah dipercaya "Pembuat Hidup" cuma satu untuk baik2 menjaga titipan-Nya. Selalu pantau dan menjalani dengan penuh tanggung jawab.

9 comments:

  1. Ini ya? Salut deh sama perjuanganmu... anak2 itu unik ya... gak ada yang sama... jadi gak boleh dibanding2in... *gue yang gak punya anak aja sebel klo denger ibu2 cerita & banding2in anak2nya*

    ReplyDelete
  2. Iya ini cerita yg aku maksud, thanks. Kadang krn terlalu bangga sama anak ego kita jadi dominan, efeknya jadi banding2in anak deh. Krn Sekar yg unik aku jadi belajar ngerem omongan.

    ReplyDelete
  3. salut atas perjuangan berat kalian dlm membimbing Sekar. Nobody is perfect, tiap tiap anak punya kelebihan dan kekurangan sendiri. Kita serahkan semuanya ke tangan TUHAN dlm soal perkembangan hidup anak kalian. Senang juga tahu anakmu sdh pintar nulis angka dan huruf. Go girl

    ReplyDelete
  4. Salut mbak shinta, atas perjuangannya. Anak adalah harta yang tak ternilai harganya, ia masa depan kita, bagian dari diri kita dan hidup kita. Bila kita menyia-nyiakannya, maka diri kitalah yang akan tersia-sia terutama dihadapan Sang Pemilik Hidup (bencana lebih besar!!!)

    ReplyDelete
  5. Salut mbak shinta, atas perjuangannya. Anak adalah harta yang tak ternilai harganya, ia masa depan kita, bagian dari diri kita dan hidup kita. Bila kita menyia-nyiakannya, maka diri kitalah yang akan tersia-sia terutama dihadapan Sang Pemilik Hidup (bencana lebih besar!!!) Jadi apapun kondisi keadaannya ya harus kita hadapi dengan penuh tanggung jwab dan kasih sayang. always be a good mom

    ReplyDelete
  6. Aku terharu membaca cerita ini mbak....
    sampai meneteskan air mata lho.....(padahal sambil dengerin lagunya Audy yg ceria lho...bukan lagu yg sedih)...

    ReplyDelete
  7. he..he... bisa aja nih mamanya Vicky....

    ReplyDelete