Kepercayaanku dan kepasrahanku pada Sang Pencipta terus-menerus diuji tahun ini. Mulai dari tanggung jawab tentang pengasuhan buah hatiku, keinginanku yang sangat besar untuk punya buah hati baru, mimpi-mimpiku, sampai ke masa depan kami.
Aku termasuk salah satu yang percaya dan mengamini konsep ini : "Pencipta akan terus menguji dan memberi pelajaran tentang suatu hal jika orang yang bersangkutan dinilai belum lulus. Ujian yang diberikan seringkali menyakitkan, tapi ketika semua ujian berhasil, kita bisa mengenangnya dengan senyuman. Seperti ketika pengrajin membentuk belanga emas, dia akan membakar dan menempa sehingga sesudahnya akan tercipta sebuah belanga emas yg elok." (sumber : buku sakti pedoman hidupku)
Mengenai buah hatiku, "masterpiece" kami, atau lebih tepatnya masterpiece-ku. Jika ada seseorang yang berkomentar negatif tentang Sekar (komentar sinis tanpa memberi masukan), aku orang pertama yang kebakaran jenggot. Merasa tersinggung, itu awalnya, marah, lalu mulai mencari2 kesalahanku dalam mendidik dia, dan yang terakhir merasa nelongso sendiri, krn merasa tidak becus jadi ibu. Berbekal pengetahuan tentang tiap individu adalah unik, aku lebih konsentrasi ke memberi masukan yang berguna buat anakku tanpa berharap banyak akan kemajuan yang akan berhasil dia tunjukkan ke padaku. Nggak peduli orang lain bilang apa yang penting aku melakukan tugas pengasuhan yg terbaik yg bisa aku beri. Untuk hal ini aku diuji selama bertahun-tahun, sampai akhirnya bulan September lalu, 2 minggu setelah Sekar masuk sekolah dari liburan summer, aku dipanggil Jody, kepala sekolahnya. Jody bertanya apakah aku secara khusus mengajar Sekar membaca dan menulis. Karena nggak pernah merasa ngajarin ya aku bilang "nggak" Trus Jody tanya lagi apa aku sadar kalo Sekar bisa baca? Kalo itu aku bilang mungkin Sekar cuma menghapal kata saja. Jody bilang kalo menghapal kok banyak banget kata yang Sekar hapal. Buat anak2 di Indonesia kasus membaca di TK mungkin hal biasa, tapi buat guru2nya Sekar yg merasa tidak pernah memasukkan kurikulum membaca di kelasnya peristiwa ini sangat langka. Apalagi aku dan Sila tidak pernah sama sekali secara khusus mengajar Sekar membaca. Yang kami lakukan adalah setiap hari membacakan buku ke Sekar, seperti kata para ahli untuk sejak dini mengenalkan buku ke anak2. Kebetulan ada fasilitas pinjam buku gratis diperpus, jadi buku yang kami bacakan selalu ganti tiap hari. Kalaupun sekarang anakku paling pintar di kelas (kata gurunya) ya itu hadiah yg tidak pernah aku harapkan. Hadiah lainnya Sekar lebih kooperatif dan mandiri, sehingga aku bisa punya waktu lebih untuk diri sendiri.
Merasa 'lulus' aku berpikir sudah waktunya diberi kepercayaan ttg anak lagi. Sejak Sekar menunjukkan kemandiriannya awal thn lalu, kami memutuskan nambah momongan lagi. Selama 6 bulan kami berusaha hasilnya nol besar. Kami nggak pernah mengerti sampai September lalu aku memutuskan menghentikan program asuransi kesehatan kami, karena dampak krisis ekonomi di negeri ini. Jadi dari pihak aku yg pertama mengusulkan ke suami untuk menunda punya anak lagi dengan berbagai macam pertimbangan. Di otakku cara itu yang paling benar dan masuk akal. Tapi ternyata hati perempuanku tidak menerima. Hari itu bersamaan dengan masa suburku, dimana seharusnya kami berusaha mewujudkan cita2 kami. Sangat...sangat... berat bagi aku. Efeknya selama 2 minggu aku tengelam dalam kesedihan mendalam. Aku pengen anak, aku bertanggung jawab, mengapa ya Pencipta Engkau tidak mengijinkan, itu salah satu rengekanku ke Pencipta. Selama 2 minggu itu juga aku menjadi dingin pada manusia dan marah pada Pencipta-ku. Yaahhhh...aku tahu aku salah, tapi inilah aku yg bisa2nya ngambek sama Pencipta, sampai akhirnya aku bisa berdamai dengan keadaan. Sekarang aku jadi geli mengenangnya, padahal ketika itu untuk sekedar tersenyum saja rasanya susah. Seperti cerita bangsa pilihan yg dibebaskan dari tanah perbudakan menuju tanah harapan yg harusnya bisa ditempuh dalam waktu 40 hari saja, karena selalu menggerutu dan marah perjalanan mereka jadi berliku sampai 80 tahun. Gue banget gitu lho!!
Bertemunya aku dengan Kim, summer lalu membawa pencerahan buat aku. Aku seperti baru bangun dari tidur panjangku. Aku si gadis pemimpi selama bertahun2 melupakan mimpi2ku. Ketika melihat sosok Kim membuatku berpikir kalo dia bisa kenapa aku tidak. Di tahun 2008 ini aku mulai mengumpulkan mimpi2ku yg berserakan entah kemana, untuk aku wujudkan suatu saat.
Satu lagi pelajaran tentang kepasrahanku pada Pencipta adalah tentang masa depan kami. Sampai detik ini kami masih belum tahu apa jawaban Pencipta terhadap doa2 kami. Akibat krisis ekonomi sampai juga ke perusahaan Sila. Selama sebulan ini beberapa orang sudah dirumahkan. Sebenarnya buat kami tidak terlalu mengkuatirkan krn kami masih punya kontrak kerja 1 tahun lagi, dan Sila termasuk produktif. Hanya saja kami berpikir apa bisa kami pulang tahun depan dengan membawa pekerjaan untuk dibagi ke teman2 sesuai rencana awal kami berangkat ke sini. Belum lagi tiba2 ada perusahaan dari negeri Kanguru yang setengah memaksa menawarkan Sila bergabung. Mengiurkan?? Sangat.... Hanya saja entah kenapa kami memilih menguji dengan waktu dengan alasan masih punya kontrak kerja setahun lagi. Terus terang masa depan kami masih samar2, sangat sulit menentukan pilihan. Disinilah kepasarahanku pada kesupranaturalan Pencipta diuji. Karena kami ingin yang terbaik dari Pencipta yang terjadi buat kami. Jadi ketika semua ujian sudah berakhir kami bisa tersenyum mengenang saat-saat ujian itu menimpa kami.
Happy New Year Everybody......!!!
Semoga yang terbaik yang diijinkan Tuhan terjadi di tahun mendatang.
Tulisan ini aku buat untuk ikut MP Event Writing yang diselenggarakan ibunya Ezra disini